3 Idiots: Mengupas Makna Pendidikan Yang Sebenarnya
Baru-baru ini, saya menonton sebuah film Bollywood yang tak seperti biasa, berjudul 3 Idiots [1]. Film-film India yang sebelumnya saya ‘remehkan’ karena ceritanya ‘itu-itu aja’ dan pasti banyak nyanyi-goyang ternyata bisa saja tampil beda. Film yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani ini menceritakan tiga orang sahabat bernama Rancchoddas “Rancho” Shyamaldas Chanchad (Aamir Khan), Raju Rastogi (Sharman Joshi), dan Farhan Qureshi (R. Madhavan), sebagai mahasiswa di Imperial College of Engineering (ICE). Di dunia nyata kita mengenal India terkenal dengan IIT yang lulusannya 25% bekerja di Amerika, terutama di perusahaan IT ternama di dunia dan sisanya tersebar di belahan dunia lain, termasuk di India sendiri [2, 3] .
SINOPSIS
Film itu berkisah tentang bagaimana tingkah polah tiga mahasiswa itu melawan “pakem” aturan di ICE yang membebani mahasiswa dengan target dan orientasi lulus-kerja-sukses tanpa memperhatikan sisi psikologis dan kecerdasan emosional mahasiswa. Karena tingkah mereka yang di luar standar dan cenderung bandel itulah, semua teman mereka, termasuk Rektor Viru Sahastrabudhhe (Boman Irani) menjuluki tiga anak ini sebagai “anak-anak idiot”. Di kampus itu, persaingan adalah hal yang utama dan wajar. Profesor Viru mencontohkannya dengan sebuah cerita tentang burung Cuckoo yang meletakkan telurnya di sarang burung lain. Saat telur itu menetas, burung Cuckoo akan mendepak telur lain dan merebut sarang burung itu. Prinsip “kompetisi dan bersaing” ditanamkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa hanya mengejar nilai dan gelar, tanpa pernah mengerti dan memahami makna “education” yang sesungguhnya.
Film itu berkisah tentang bagaimana tingkah polah tiga mahasiswa itu melawan “pakem” aturan di ICE yang membebani mahasiswa dengan target dan orientasi lulus-kerja-sukses tanpa memperhatikan sisi psikologis dan kecerdasan emosional mahasiswa. Karena tingkah mereka yang di luar standar dan cenderung bandel itulah, semua teman mereka, termasuk Rektor Viru Sahastrabudhhe (Boman Irani) menjuluki tiga anak ini sebagai “anak-anak idiot”. Di kampus itu, persaingan adalah hal yang utama dan wajar. Profesor Viru mencontohkannya dengan sebuah cerita tentang burung Cuckoo yang meletakkan telurnya di sarang burung lain. Saat telur itu menetas, burung Cuckoo akan mendepak telur lain dan merebut sarang burung itu. Prinsip “kompetisi dan bersaing” ditanamkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa hanya mengejar nilai dan gelar, tanpa pernah mengerti dan memahami makna “education” yang sesungguhnya.