|
Bagaimana penjelasan ihwal Sayyidah Fathimah as, putri Nabi saw,
berbicara dengan malaikat?
Tidak bisa diragukan bahwa malaikat pembawa wahyu Ilahi dan malaikat-malaikat
lain berbicara dan berdialog dengan para nabi dan wali-wali Allah swt untuk
menyampaikan wahyu kepada mereka, namun dialog seperti ini tidak hanya
terjadi pada diri para nabi , melainkan juga terjadi pada para
manusia-manusia langitan (selain nabi). Ada sekelompok orang, yang mana para
malaikat menampakkan diri dengan menyerupai seorang manusia ketika berhadapan
dan berdialog dengan orang-orang itu, yang dijuluki sebagai muhaddats (orang
yang ditemani bicara).
Di beberapa hadits fariqain (Syi’ah dan Ahlusunnah) terdapat kelompok yang
dikenal sebagai muhaddats
dan mereka itu adalah orang-orang yang pernah
berdialog dan berbincang-bincang dengan malaikat. Seseorang yang disebut
muhaddats tentunya, dari segi kesempurnaan, telah mencapai tingkat dimana dia
dengan telinga biasa ini bisa mendengar suara-suara barzakhi (gaib). Alam
ini, penuh dengan suara-suara dan bentuk-bentuk barzakhi , dimana mayoritas
manusia tidak bisa mendengar dan menyaksikannya dikarnakan tidak punya
kemampuan. Akan tetapi, ada sekelompok manusia, yang mana telah melewati
tingkatan-tingkatan kesempurnaan dan keutamaan, mampu dan bisa menangkap,
mendengar dan menyaksikan bentuk-bentuk serta suara-suara barzakhi tersebut,
seperti Malaikat Jibril, sang ruhul qudus, berdialog dengan mereka dan mereka
mendengar suara sang Malaikat mulia ini.
Dari sini, ada banyak riwayat yang memperkenalkan dan menyebut putri
Rasulullah saw, Sayyidah Fathimah as, sebagai muhaddatsah [1], dimana hal ini
menghikayatkan akan kemuliaan dan kesempurnaan dirinya.
Orang-orang yang berpandangan picik dan sempit menganggap bahwa perbincangan
malaikat yang terjadi pada selain para nabi adalah sesuatu yang tidak benar
dan bahkan jauh dari kebenaran, padahal Alquran dengan sendirinya menjelaskan
bagaimana dialog malaikat dengan ibu Nabi Isa as, Maryam.
Qs. Ali 'Imran ayat 42:
"Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika malaikat berkata: "Wahai
Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, dan mensucikanmu, dan telah
memilihmu (beroleh kemuliaan) melebihi perempuan-perempuan seluruh alam (yang
sezaman denganmu)".
Malaikat berbicara dengan seseorang bukanlah alamat dan tanda bahwa orang
tersebut adalah nabi, akan tetapi merupakan alamat dan ciri akan terangkatnya
maqam sang mukhaathab (audiens) ke puncak kesempurnaan, yang mana puncak
kesempurnaan itulah yang menganugerahinya kemampuan untuk mendengar
pembicaraan para malaikat. Selain ini, Alquran juga menyebutkan ihwal
pembicaraan antara para malaikat dengan istri Nabi Ibrahim as.
Qs. Huud ayat 73:
"Malaikat-malaikat itu berkata: "Patutkah Engkau merasa heran
tentang perkara Yang telah ditetapkan oleh Allah? memanglah rahmat Allah dan
berkatnya melimpah-limpah kepada kamu, Wahai ahli Rumah ini. Sesungguhnya
Allah Maha terpuji, lagi Maha melimpah kebaikan dan kemurahanNya".
Persoalan ilham dan pintu-pintu kegaiban yang terjadi pada diri para wali
Allah swt merupakan suatu permasalahan yang masyhur dalam teologi dan
filsafat, dimana kita tidak ada ruang untuk menjelaskannya di dalam tulisan
singkat ini, namun secara singkat dapat dikatakan bahwa periode kenabian,
dalam artian kepemimpinan umat manusia dengan jalan wahyu tasyri' i, telah
berlalu dan setelah Rasulullah saw, tidak akan ada lagi nabi dan rasul. Akan
tetapi, pintu-pintu kegaiban dan makrifat manusia tidak akan pernah tertutup.
Betapa banyak manusia yang mendengar dan melihat sesuatu, yang mana manusia
lain tidak bisa mendengar dan melihatnya, dengan mata barzakhinya.
Qs. Al Anfaal ayat 29:
Hai orang-orang yang beriman, kalau engkau bertaqwa (menjauhi perbuatan dosa)
kepada Allah swt, maka Allah swt akan menganugerahi kekuatan cahaya, yang
mana dengannya engkau akan mampu memisahkan dari dalam antara hak dan batil.
Imam Ali as, ihwal manusia-manusia langit, yang mana senantiasa mencari
kesempurnaan dengan jalan taqwa, berkata:
Dia telah menghidupkan akalnya dan membunuh syahwatnya sehingga badannya pun
menjadi kurus. Badannya yang bagus itu berubah menjadi lembut. Kilatan penuh
cahaya memancar dari dirinya sehingga jalan hidayah menjadi terang baginya
dan membimbingnya menapaki jalan menuju Tuhan, meneruskan langkah dari satu
pintu ke pintu berikutnya untuk mencapai kesempurnaan dan dia mencapai serta
menempati maqam yang sangat menyenangkan lagi aman" [2]
[1] Bihaarul Anwar 43/79 hadis 66 dan 67.
[2] Nahjul Balaghah / Khutbah ke 22. |
0 komentar:
Posting Komentar
jika ada yang kurang jelas langsung ajha tanya ke mimin ya.,.,., :) my fb tama ashter soko-tuban