Sebelum
menjadi raja, ayahanda baginda, yiaitu Nabi Daud as memanggil baginda serta 11
orang adik-beradik baginda yang lain, untuk menanyakan satu soalan. Siapa yang
dapat menjawab akan di angkat menjadi raja kelak. Di sebelah kanan ayah
baginda, Jibril as sebagai hakim.
Setelah
dikemukakan, setiap orang menjawab dengan pelbagai jawaban, namun semuanya
tidak tepat. Sampai giliran Nabi Sulaiman as, dapat menjawabnya dengan tepat.
Lantas, Jibril menyampaikan sebiji batu permata jenis delima
merah daripada surga (Dalam referensi lain dijelaskan, Wahab bin
Munbih mengatakan bahwa cincin Sulaiman as memiliki empat sisi. Diantara
sisinya tertulis kata “Laa Ilaha Illallahu Wahdahu Laa Syariika Lahu
Muhammadun Abduhu wa Rosuuluhu, artinya : ‘Tidak ada tuhan selain Allah
tidak ada sekutu bagi-Nya. Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya”.
Pada sisi
kedua tertulis,”Allahumma Maalikal Mulki Tu’til Mulka Man Tasya wa Tanzi’ul
Mulka Man Tasya wa Tu’izzu Man Tasya wa Tuzillu Man Tasya, artinya : ‘Wahai
Allah Raja yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kekuasaan kepada yang Engkau
kehendaki, Engkau cabut (kekuasaan) dari orang yang Engkau kehendaki, Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki”. Pada sisi ketiga tertulis,”Kullu syai’in Haalikun Illalloh.
Artinya : ‘Segala sesuatu akan musnah kecuali Allah.” Dan pada sisi keempat
tertulis,”Tabarokta Ilahiy Laa Syariika Laka. artinya : ‘Maha suci
Engkau wahai Tuhanku yang tidak ada sekutu bagi-Mu.” ) dan sebatang
tongkat dari neraka seraya menobatkan Nabi Sulaiman as sebagai raja. Setelah
mendapatkannya, maka kerajaan Nabi Sulaiman as semakin besar dan dapat
memerintah bukan hanya manusia, bahkan angin, hewan dan golongan jin.
Dikisahkan,
suatu ketika Nabi Sulaiman as asyik dengan urusan dunia sehingga hampir
terlepas waktu solat ashar. Maka datang Jibril as menegur “Adakah engkau
lebih mencintai dunia daripada menghadap Allah?”. Setelah tersadar, Nabi
Sulaiman as cepat-cepat berdoa kepada Allah swt supaya menangguhkan waktu
maghrib, sedangkan waktu itu langit sudah kelihatan kekuningan. Allah swt
mengabulkan doa nabi Sulaiman as, dan sehingga kini waktu matahari memancarkan
cahaya kekuningan hendak terbenam menjadi sedikit panjang. Lantas Nabi Sulaiman
as menanggalkan cincin bertatahkan permata surga dan meletakkan disebelah
beliau, kerana hendak mengambil wudhu. Saat itu, datang jin bernama Simus mencuri
cincin tersebut.
Akibat dari
itu, kekuasan Nabi Sulaiman as semakin menurun, golongan jin dan setengah
makhluk Allah yang lain tidak mengenal Nabi Sulaiman as serta tidak mau
mengikuti arahan Nabi Sulaiman as. Maka Nabi Sulaiman as pun merantau membawa diri
hingga sampai kesebuah perkampungan nelayan. Disana baginda meminta untuk
bekerja dengan seorang lelaki nelayan, dengan upah seekor ikan sehari. Lelaki
ini mempunyai seorang anak perempuan.
Suatu hari,
tatkala Nabi Sulaiman as penat bekerja, dia tertidur dibawah sepohon pokok yang
berlubang-lubang. Didalam lubang tersebut terdapat ular bersarang. Tatkala
cahaya matahari memancar hendak mengenai wajah Nabi Sulaiman as, sang ular
tersebut mengembangkan kepalanya sebagai bayang berteduh untuk melindungi wajah
Nabi Sulaiman as daripada terkena cahaya matahari. Sang burung pun turut
membantu membayangi wajah Nabi Sulaiman as. Kejadian ini dilihat oleh anak
perempuan majikan Nabi Sulaiman as, dan diceritakan kepada bapanya. Mendengar
kisah daripada anaknya tersebut, maka si nelayan tersebut menikahkan anak
perempuannya dengan Nabi Sulaiman as. Maka hiduplah Nabi Sulaiman as sebagai
suami isteri. Upah menolong bapa mentuanya kini 3 ekor ikan sehari.
Disaat lain,
jin Simus setelah mendapat cincin Nabi Sulaiman as tersebut, maka Simus
pun menyamar dengan rupa Nabi Sulaiman as dan memberi khutbah di mimbar
mengajar kaum Nabi Sulaiman as. Namun pengajarannya bertentangan dengan ajaran
Nabi Sulaiman as. Para ulama merasa heran dan berkeyakinan bahwa bukan Nabi Sulaiman
as yang sedang berkhutbah. Mereka sepakat untuk membacakan kitab Zabur semasa
Simus memberi khutbah untuk mengetahui siapa yang sebenarnya memberi khutbah.
Tatkala Simus memberi khutbah, para ulama pun mebacakan Zabur, maka Simus lari
kepanasan menceburkan diri ke laut, hingga cincin Nabi Sulaiman as terjatuh di
kedalaman laut, lalu ditelan sejenis ikan.
Ditakdirkan,
ikan yang menelan cincin Nabi Sulaiman as telah dapat ditangkap oleh bapa
mentua Nabi Sulaiman as, dan menjadi salah 1 daripada 3 ekor ikan upah kepada
Nabi Sulaiman as. Sewaktu isteri Nabi Sulaiman as membersihkan ikan, didapatlah
cincin dalam perut ikan tersebut. Dia terfikir “aku sudah milik suamiku,
bermakna aku mesti menyerahkan cincin ini kepada suamiku…bukan kepada bapaku”.
Maka diserahkan cincin tersebut kepada Nabi Sulaiman as, maka dipakailah cincin
itu oleh Nabi Sulaiman as dengan penuh rasa syukur ke hadirat Allah swt, dan
kerajaannya kembali naik serta dihormati oleh sekalian manusia, jin dan hewan.
وَلَقَدْ
فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ
Artinya : “dan
Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di
atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat.”
(QS. Shaad : 34) – (Bada’i az Zuhur fii Waqo’i ad Duhur juz I hal 85)
[Ditulis
ulang dari kutipan awalnya di : http://zamrudtech.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
jika ada yang kurang jelas langsung ajha tanya ke mimin ya.,.,., :) my fb tama ashter soko-tuban